Artikel
- “Dingiso” Satwa Langka Dari Pegunungan Tengah Papua
- Mengenal Tumbuhan di Zaman Paleozoic
- Derita Membawa Berkah
- Peningkatan Kemandirian Petani Lebah Madu Di Distrik Ibele
- MONITORING POPULASI DAN HABITAT BUAYA (Crocodylus SP.) DI SUNGAI OTAKWA, KAMPUNG OHOTYA, DISTRIK MIMIKA TIMUR JAUH
Dingiso atau disebut juga Bakaga (Nama Lokal) dan dalam bahasa latin dikenal dengan (Dendrolagus Mbaiso) penamaan ini berdasarkan dari penelitian Dr Tim Flannery yang menemukan dingiso pada tahun 1994, dia memberinya nama ilmiah mbaiso yang berarti ‘binatang syakral’ dalam bahasa lokal suku Moni karena keyakinan mereka bahwa ini adalah roh leluhur mereka
read moreTepatnya di ketinggian sekitar 3250 Mdpl di deretan Pegunungan Jayawijaya, terdapat salah satu danau yang begitu eksotik. Bagaimana tidak, danau tersebut menawarkan sejuta pesona keindahan yang begitu takjub dengan pancaran kilauan rona warna-warna yang membuat setiap mata pasti akan terkesima menatapnya. Sebut saja Danau Habema.
read more“Bumi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan kita semua, namun tidak akan pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan segelintir kecil manusia yang serakah”. Itulah ungkapan Mahatma Gandhi. Kalimat yang begitu padat yang penuh makna. Ungkapan di atas sebagai potret kekinian kondisi hutan kita. Hutan-hutan yang dahulu nan hijau membentang dari ujung barat hingga timur, kini yang tersisa hanya bekas tebangan yang hidup merana akibat ketamakan manusia.
read moreLebah madu merupakan salah satu kekayaan sumber daya alami Indonesia. Selain dapat dimanfaatkan sebagai penghasil madu bagi kepentingan ekonomi masyarakat, keberadaan lebah madu juga penting bagi lingkungan. Peran lebah madu terhadap ekosistem memberikan sumbangan yang sangat besar bagi kelangsungan hidup banyak species tumbuhan mengingat tidak sedikit tumbuhan yang proses penyerbukannya hanya dapat dilakukan oleh lebah.
read moreWilayah dataran rendah bagian Selatan Taman Nasional Lorentz telah lama menjadi habitat bagi dua jenis buaya yang dilindungi yaitu Buaya Muara (Crocodylus porosus) dan Buaya Air Tawar Irian (C. novaeguineae). Pemanfaatan kedua jenis buaya tersebut oleh masyarakat lokal telah dilakukan secara turun temurun dengan motivasi untuk memenuhi kebutuhan protein hewani hingga terkadang sebagai sumber pendapatan alternatif dengan pemanfaatan kulitnya. Mengingat semakin berkembangnya ancaman dan tekanan terhadap populasi dan habitat buaya, maka Balai Taman Nasional Lorentz secara rutin melaksanakan kegiatan monitoring habitat dan populasi buaya. Seluruh kegiatan tersebut dilaksanakan di wilayah dataran rendah bagian Selatan yang merupakan wilayah kerja dari Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Timika. Pada tahun 2017 ini.
read more